Halaman

Pemerkosaan Para Penagih Hutang

Kisah Pemerkosaan ini dialami oleh seorang gadis bernama Lisa, remaja SMU usia 17 th. Ayahnya yang seorang pengusaha mengalami kebrangkutan membuat sang ayah sangat tertekan dan hidup dalam kekurangan, ditambah dengan istri-nya yang kabur bersama pria lain karena memang pak Hartono sudah tidak bisa mencukupi gaya mewahnya. Lisa adalah gadis remaja yang sangat cantik, rambutnya lurus sampai dipunggung. Postur tubuh yang sangat proporsional didukung oleh balutan kulit putih mulus membuat hati para lelaki ingin menikmatinya.

Suatu ketika disiang hari saat sang ayah sedang dirumah sendirian kedatangan tiga orang tamu dan tampaknya satu diantaranya adalah sang bos dan dua lainya para bodyguard-nya.
"Selamat siang Hartono" terdengar suara agak berat dari arah pintu yang saat itu memang terbuka.
Betapa terkejutnya pak Hartono ketika tahu siapa orang yang telah menyapanya.
"Se..se..selamat siang pak Wijaya ¦ mari si..silahkan masuk" jawab pak Hartono dengan suara terputus-putus.
Seketika pak Wijaya sudah duduk dikursi dengan dua bodyguard-nya berdiri tegap dibelakang bos mereka.

"Tentunya kamu sudah tahu maksudku kemari Hartono ¦ ini adalah kedatanganku yang ketiga kalinya sejak 5 bulan yang lalu" kata pak Wijaya langsung memulai pembicaraan.
"Hari ini juga kamu harus membayar hutang-hutang kamu" kata pak wijaya lagi tanpa ekspresi.
"Ta..tapi pak, saya belum mempunyai uang untuk saat ini pak, tolong beri saya waktu lagi" jawab pak Hartono mulai gelisah.
"APA !!! .. SAYA TIDAK MAU TAHU, KAMU HARUS MEMBAYARNYA HARI INI JUGA"
"Asal kamu tahu, hutang-hutangmu itu sudah mencapai 40 juta dan saya tidak main-main dengan ini" jawab pak Wijaya dengan suara tinggi.
"Ta..tapi pak saya cuma meminjam 20 juta waktu itu"
Pak Wijaya tidak menghiraukan keluhan pak Hartono.

Pak Wijaya ini adalah seorang renternir besar, dia terkenal dengan tindakannya yang sering menyiksa siapa saja yang menunda-nunda pembayaran hutangnya. Pak Hartono sangat menyesal dengan keputusannya untuk meminjam uang kepada pak Wijaya waktu itu demi menyelamatkan perusahaannya dengan hasil yang sia-sia, tapi mau diapakan lagi nasi sudah menjadi bubur, kini pak Hartono terjebak dalam kondisi kehancuran.

"NEGRO !!!" terdengar pak Wijaya memanggil salah satu bodyguard-nya untuk mendekat.
"Siap BOS" lalu Si Negro mendekat.
"Kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan" kata pak Wijaya dengan tenang.
Seketika Si Negro sudah berdiri disamping pak Hartono duduk. Tanpa banyak kata Si Negro langsung meremas kerah baju pak Hartono dan memaksanya untuk berdiri. Kepalan tangan pun melayang tepat di ulu hati pak Hartono yang langsung tersungkur dengan serangan mendadak tersebut. Secepatnya juga Si Negro menendang tepat di wajah pak Hartono membuat hidung pak Hartono berdarah.
"Ampun..a..ampun" rintih pak Hartono.

"HENTIKAN !!! APA-APAAN INI" tiba-tiba terdengar suara gadis dari arah pintu ketika Si Negro akan melakukan tendangan yang berikutnya.
"Li..Lisa" kata pak Hartono penuh rasa kesakitan.
Secepatnya Lisa menghampiri ayahnya tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Wo..wo..wOw" terdengar suara dari mulut pak Wijaya.
"Ternyata kamu masih mempunyai anak gadis Hartono, kupikir ikut lari juga dengan ibunya ... ha..ha..ha.." raut wajah pak Wijaya langsung berubah cerah saat itu juga, melihat kehadiran anak pak Hartono yang baru pulang dari sekolah dengan memakai seragam SMU-nya yang mempunyai potongan rok setinggi 10 cm diatas lutut.
"Apa yang kalian lakukan dengan bapak saya" tanya Lisa membentak.
"Ha..ha..ha.." pak Wijaya hanya tertawa, sambil berdiri mendekati dua orang bapak anak ini.
"Siapa namamu anak manis?" tanya pak Wijaya tetap dengan senyuman.
Namun Lisa hanya diam saja dengan air mata melihat kondisi ayahnya.
"Hhmmm ... kudengar tadi bapakmu ini memangil kamu Lisa" kata pak Wijaya mengingat ucapan pak Hartono sewaktu Lisa datang tadi. Mata pak Wijaya mulai mesum memandangi Lisa dari dada hingga paha, mengagumi kecantikan Lisa.
"Ok Hartono, kamu bisa bernafas lega sekarang" kata pak Wijaya, tanpa dimengerti oleh pak Hartono apa maksud ucapan pak Wijaya itu.
"Kamu bisa membayar hutang-hutangmu dengan anakmu Lisa ini" kata pak Wijaya serius.
Secepatnya pak Wijaya menarik tangan Lisa, membawanya ke sofa.
"Tu..tunggu, apa yang mau kamu lakukan dengan anakku" tanya pak Hartono masih tetap dalam kondisi kesakitan.
"Mau apa kalian!!!" kata si Lisa
"DUDUK" perintah pak Wijaya kepada Lisa.
Seketika juga pak Hartono mencoba bangkit berdiri namun dicegah oleh si Negro.
"Alex, coba kau bantu Negro aman kan itu Hartono" perintah pak Wijaya kepada bodyguard yang sedari tadi berdiri menunggu perintah bos-nya itu.
"Siap bos" kata Alex langsung bergerak.

"Ketahuilah anak manis, bapakmu itu punya hutang-hutang yang jumlahnya mencapai 40 juta dan harus dibayarkan saat ini juga"
"Tapi itu tidak jadi soal asal kamu mau melayaniku sekarang juga, didepan bapakmu .. he..he..he.."
"APA!!!" betapa kagetnya hati si Lisa mendengar ucapan pak Wijaya.
"Tolong pak Wijaya jangan kau lak..." buggs ... satu pukulan Alex mengenai perut pak Hartono saat dia mencoba untuk memohon kepada pak Wijaya sebelum bisa menyelesaikan ucapannya.
"Bagaimana Lisa, apa kamu tidak kasih dengan bapakmu itu..he..he.." kata pak Wijaya.
Melihat kondisi bapaknya seperti itu akhirnya dengan terpaksa Lisa menyanggupi permintaan pak Wijaya.
"Baiklah" kata Lisa
"Ha..ha..ha.." pak Wijaya tertawa gembira, karena sebentar lagi dia akan menikmati gadis muda yang memang belum belum pernah tersentuh oleh laki-laki. Lisa adalah anak yang baik berbanding terbalik dengan ibunya. Meskipun sebelumnya hidupnya tercukupi oleh harta ayahnya tapi dia tetap hidup sewajarnya dan selalu menolak baik-baik setiap lelaki yang mencoba untuk jadi pacarnya. Karena Lisa memang ingin benar-benar fokus terhadap pendidikannya.
"Ja..jangan Lisa" buggs .. satu pukulan lagi mengenai rahang pak Hartono.

"Baiklah anak manis, sekarang juga kamu coba buka seragammu itu" kata pak Wijaya yang sudah menahan nafsunya.
Dengan terpaksa dan gemetar akhirnya Lisa mencoba melepas kancing bajunya satu persatu. Lisa sangat malu sekali karena didepannya terdapat empat pasang mata yang semuanya adalah laki-laki termasuk juga ayahnya disitu.
Lisa menagis tertunduk saat semua kancing bajunya terlepas.
Dapat dilihat bahwa Lisa memakai BH warna putih dengan ukuran sekepalan tangan lelaki dewasa.
Pak Wijaya terdiam sejenak menatap pemandangan didepanya itu, dia merasakan sesak tiba-tiba celana yang dipakainya.
Satu gerakan pak Wijaya menarik paksa BH Lisa hingga terlepas, Lisa pun kaget dengan tindakan pak Wijaya itu.
Kini mencuatlah gunung kembar milik Lisa yang bergelantungan bebas.
"wOw..sempurna" kata pak Wijaya kagum.

Tanpa membuang waktu pak Wijaya langsung meremas kedua payudara milik Lisa. Bergantian kiri dan kanan pak Wijaya menghisap puting susu Lisa yang berwarna merah muda itu.
"Ahh.." Lisa pun mendesah pelan karena memang dia belum pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya.
JIlatan demi jilatan dilakukan pak Wijaya dari leher hingga telinga Lisa menjadi santapan lezatnya. Lisa merinding dibuatnya.
Begitupun dengan bibir mungil Lisa tak luput dari sasaran pak Wijaya, kecipak kecipok begitulah bunyinya sambil tangannya tak pernah lepas dari payudara

Puas dengan jilatannya pak Wijaya mulai berdiri dan meminta Lisa untuk berlutut.
"Sekarang kamu berlutut" kata pak Wijaya
"Mau diapakan saya pak" tanya si Lisa tak mengerti maksud pak Wijaya.
"Sudaaaahhh .. kamu turuti saja semua perintahku" kata pak Wijaya.
Lisa pun mengikuti kemauan pak Wijaya dan mulai berlutut.
"Buka celanaku ini ... dengan lembut" pinta pak Wijaya.
Lisa mulai melepaskan celana pak Wijaya dari melepas ikat pinggang hingga menurunkan resleting Lisa lakukan secara perlahan. Lisa takut jika tidak menuruti perintah pak Wijaya sesuatu yang buruk pasti terjadi terhadap ayahnya.

Celana pak Wijaya sudah turun hingga ke lutut tinggalah celana dalam pak Wijaya menampakan benjolan yang membesar di balik celana dalam itu. Sebenarnya penis pak Wijaya sudah tegak berdiri sedari tadi sejak Lisa melepaskan kancing-kancing bajunya.
"CD-nya juga dong sayang" kata pak Wijaya genit.
Lisa pun menurunkan CD pak Wijaya dan terpampanglah penis pak Wijaya yang besar berdiri tegak didepan wajah Lisa. Baru kali ini Lisa melihat kemaluan laki-laki secara langsung dan dia merasa takut mengkhawatirkan apa yang akan terjadi terhadap dirinya.
"Sekarang kamu kulum kon**lku ini sayang, awas ya jangan sampai kamu gigit" perintah pak Wijaya.
Lisa pun hanya diam, dia merasa jijik harus mengulum penis pak Wijaya.
Plakk .. satu tamparan pun mengenai pipi kanan Lisa.
"Auww.." jerit Lisa
"Cepat lakukan !!" kata pak Wijaya sambil menjambak rambut Lisa, mengarahkan wajah Lisa menuju senjatanya.

Akhirnya tak terelakan Lisa pun mengulum penis pak Wijaya.
"Ahhh.." pak Wijaya merasakan sensasi yang luar biasa saat bibir mungil Lisa mulai mengoralnya maju mundur perlahan. Secara bergantian pak Wijaya menyuruh Lisa untuk mengocok-kocok batang penis-nya begitupun seterusnya. Lisa merasa terhina saat ini. Kedua bodyguard pak Wijaya sangat menikmati pemandangan itu, begitupn sang ayah tidak kuasa untuk menghentikan tindakan pak Wijaya.

Setelah puas dengan dioral pak Wijaya mengangkat Lisa ke sofa dan menyingkapkan rok seragam Lisa hingga ke perut. Celana dalam Lisa terpampang jelas oleh pak Wijaya dengan gundukan yang terlihat garis tengahnya.
Pak Wijaya meraba-raba paha Lisa yang putih mulus dengan sesekali menghirup aroma vagina Lisa dari luar celana dalamnya.
"Hhmmm...harum sekali tem**kmu sayang, membuatku tidak sabar untuk mencicipinya" kata pak Wijaya mesum.
Akhirnya pak Wijaya menarik CD Lisa hingga terlepas yang membuat mata lelaki di ruangan itu melotot menelan ludah. Tak terkecuali juga ayah Lisa tidak menyangka punya anak secantik bidadari. Vagina Lisa masih ditumbuhi bulu-bulu halus dan begitu rapat belahan bibir kiri dan kanan. Sudah bisa dipastikan Lisa adalah Perawan.

Kedua tangan pak Wijaya mengangkat lebar-lebar paha Lisa. Sekarang posisi Lisa ngangkang didepan wajah pak Wijaya langsung saja pak Wijaya menjilat habis vagina milik Lisa.
"Ahhh..Lisa menggelinjang sejadi-jadinya" dan tanpa disadarinya Lisa telah mengeluarkan cairan kewanitaan miliknya.
"Ha..ha..ha..kamu menikmatinya juga ya sayang, gurih sekali tem**kmu ini" kata pak Wijaya senang dan terus melanjutkan jilatan di vagina Lisa.
"Aakkkhhh..." Lisa mengejan kuat-kuat menandakan ia telah orgasme. Pak Wijaya pun menyedot habis cairan milik Lisa.
"wOw..." kata pak Wijaya.

Pak Wijaya sudah tidak tahan dengan nafsunya dan mulai mengarahkan penis nya yang besar itu kedalam vagina kecil milik Lisa.
"Aakkhhh..." Lisa menjerit ketika merasakan benda aneh masuk menerjang vaginanya, Lisa menangis kini kehormatanya telah hilang oleh laki-laki seumuran ayahnya.
Lisa hanya pasrah menerima semua ini. Tampaklah darah perawan mengalir dari vagina Lisa yang masih tertancap penis pak Wijaya.
Perlahan namun pasti, pak Wijaya terus memompakan penisnya maju mundur sambil mulutnya mulumat bibir mungil Lisa, leher, telinga, payudara seolah dia tidak mau mensia-siakan hidangan didepanya itu. Setengah jam sudah pak Wijaya memperkosa Lisa dan dirasakan ia sudah tidak tahan untuk melepaskan spermanya.
Akhirnya dengan hentakan keras pak Wijaya mengejan kuat menyemburkan banyak sekali sperma kedalam rahim Lisa.
"Oh..oh..aakkhhh.." pak Wijaya merasakan kenikmatan yang tiada tara.
Pak Wijaya jatuh diatas tubuh Lisa dengan penis yang masih mencap didalam vagina Lisa.
"Luar biasa sayang..enak sekali tem**kmu anak manis" kata pak Wijaya didekat telinga Lisa.
Lisa menangis sesenggukan, kini dia takut apa jadinya kalau sampai hamil nantinya. Pak Wijaya sudah menyemburkan banyak sekali sperma kedalam rahim Lisa. Masa depannya hancur sudah.
5 menit diatas tubuh Lisa akhirnya pak Wijaya berdiri mencabut penis yang masih tertancap di vagina Lisa, dan tersenyum puas sambil memandangi pak Hartono.

"Alex..Negro.. sekarang giliran kalian" kata pak Wijaya memberi kesempatan kepada anak buahnya untuk mencicipi tubuh Lisa.
Tanpa membuang waktu Alex dan Negro langsung mengikat pak Hartono pada kursi agar tetap bisa melihat anaknya diperkosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar